Masih hangat berita diberbagai
media massa mengenai kecelakaan yang menimpa anak seorang artis yang bukan saja
telah mencelakai dirinya sendiri tetapi bahkan telah merengut nyawa beberapa
orang lainnya, sebagai penulis sekaligus seorang ibu dan seorang guru
sepatutnya saya menyampaikan keprihatianan yang sedalam-dalamnya baik kepada
anak yang menabrak maupun para korban lainnya, semoga masalah ini ditemukan
jalan terbaik untuk penyelesaiannya.
Diam-diam tersimpan pertanyaan
yang menggelitik bagi penulis untuk diajukan apabila mencermati peristiwa
kecelakaan ini, antara lain :
- Bagaimana bisa seorang anak umur 13 tahun mengemudikan mobil sendiri, bukankah dia belum memiliki surat izin mengemudi (SIM) yang mensyaratkan umur telah mencapai minimal 17 tahun ?
- Seorang anak 13 tahun keluyuran tengah malam buta, bukankan dia harusnya berada dirumah untuk belajar atau beristirahat / tidur malam layaknya anak-anak yang lain ?
- Apakah orang tua sedemikian sibuknya bekerja sehingga lupa memperhatikan kemana dan dengan siapa anaknya pergi ? tidakkah merasa khawatir anaknya pergi malam-malam dengan mengemudikan kendaraan sendiri ?
Namun peristiwa ini telah kadung terjadi, marilah kita urai permasalahan dengan mencoba mengambil hikmah yang terkandung didalammya.
Fenomena yang terjadi saat ini terutama terjadi diperkotaan yang menganggap bahwa dengan memberikan materi yang melimpah telah dianggap cukup sebagai bentuk kasih sayang orang tua kepada anaknya. Pemberian harta yang berlimpah bukan pula hal yang salah dalam merepresentasikan kasih sayang kepada anak, namun tidak lantas membuatnya terjerumus dan melupakan kewajiban-kewajibannya sebagai anak, dan perlu diingat pula bahwa selain materi, seorang anak juga membutuhkan kasih sayang dan perhatian secara langsung dari orang tuanya.
Fenomena lain yang timbul adalah dengan memberikan anak kebebasan yang seluas-luasnya atas nama kasih sayang orang tua kepada anaknya sehingga anak bebas melakukan apapun yang dikehendakinya. Sejatinya diperlukan pengawasan dan pemberlakuan aturan-aturan yang memberikan batasan agar dalam melakukan aktivitasnya tetap berada pada rambu atau norma-norma yang berlaku.
Peristiwa kecelakaan tadi didak dapat kita dengan serta merta menyalahkan anak, orang tua anak atau siapapun karena bagaimanapun hal ini terjadi karena sebuah produk yang bernama kapitalisme, pragmatisme, hedonisme serta konsumerisme yang gencar menyerbu tatanan kehidupan kita akibat dampak dari globalisasi., diperlukan perisai yang kuat dari diri kita masing masing untuk menghadangnya agar tidak menimbulkan kehancuran pada diri anak kita, baik saat ini maupun untuk masa depannya.
- Memberikan pendidikan baik formal maupun agama yang memadai sebagi modal anak dikemudian hari dianggap lebih baik dari pada menjejalinya dengan segudang materi.
- Berani mengatakan "Tidak boleh", "Tidak ada", "Tidak bisa" kepada anak, apabila anak meminta sesuatu yang dianggap akan mencelakakan dirinya, karena itulah bentuk kasih sayang yang sebenarnya.
- Luangkan waktu untuk sekedar memperhatikan anak, baik pendidikannya, maupun segala aktivitasnya agar anak merasa diperhatikan.
Demikian posting kali ini, mudah-mudahan bermanfaat.
Good post, well written. Many thanks. I will be back soon to check out for updates. Cheers.
ReplyDeletejudi poker online indonesia
poker online terbaik