Konstruktivisme berasal dari kata "to construct" yang berarti membangun atau menyusun. Carin (dalam Anggriamurti, 2009) menjelaskan bahwa teori konstruktivisme adalah suatu teori belajar yang menekankan bahwa para siswa sebagai pebelajar tidak menerima begitu saja pengetahuan yang mereka dapatkan, tetapi mereka secara aktif membangun pengetahuan secara individual, Sedang Von Glasersfeld (dalam Anggriamurti, 2009) menjelaskan bahwa konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang merupakan konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan itu dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang sewaktu berinteraksi dengan lingkungannya.
Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (dalam Sudrajat, 2008) menegaskan bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat (Ruseffendi 1988, dalam Anggriamurti, 2009). Dalam hal ini belajar merupakan proses aktif untuk mengembangkan skemata sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaring laba-laba dan bukan sekedar tersusun secara hirarkis (Hudojo, 1998, dalam Anggriamurti, 2009)).
Beberapa hal yang menjadi fokus perhatian pembelajaran konstruktivistik, yaitu:
- Mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam kontek yang relevan,
- Mengutamakan proses,
- Menanamkan pembelajran dalam konteks pengalaman social,
- Pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman
(Gasong, 2009)
Lima Unsur Penting Dalam Pembelajaran Konstruktivis, menurut Widodo (2004, dalam Sudradjat, 2009) meliputi :
- Memperhatikan dan memanfaatkan pengetahuan awal siswa, Dengan Kegiatan pembelajaran siswa dibantu untuk mengkonstruksi pengetahuan baru dengan memanfaatkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Oleh karena itu pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan awal siswa dan memanfaatkan teknik-teknik untuk mendorong agar terjadi perubahan konsepsi pada diri siswa.
- Pengalaman belajar yang autentik dan bermakna, Segala kegiatan yang dilakukan di dalam pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga bermakna bagi siswa. Oleh karena itu minat, sikap, dan kebutuhan belajar siswa benar-benar dijadikan bahan pertimbangan dalam merancang dan melakukan pembelajaran. Hal ini dapat terlihat dari usaha-usaha untuk mengaitkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari, penggunaan sumber daya dari kehidupan seharihari, dan juga penerapan konsep.
- Adanya lingkungan sosial yang kondusif, Siswa diberi kesempatan untuk bisa berinteraksi secara produktif dengan sesama siswa maupun dengan guru. Selain itu juga ada kesempatan bagi siswa untuk bekerja dalam berbagai konteks sosial.
- Adanya dorongan agar siswa bisa mandiri, Siswa didorong untuk bisa bertanggung jawab terhadap proses belajarnya. Oleh karena itu siswa dilatih dan diberi kesempatan untuk melakukan refleksi dan mengatur kegiatan belajarnya.
- Adanya usaha untuk mengenalkan siswa tentang dunia ilmiah. Sains bukan hanya produk (fakta, konsep, prinsip, teori), namun juga mencakup proses dan sikap. Oleh karena itu pembelajaran sains juga harus bisa melatih dan memperkenalkan siswa tentang “kehidupan” ilmuwan.
- Konstruktivisme Radikal, Menurut Suparno (1997:25) akumkonstruktivisme radikal mengesampingkan hubungan antara pengetahuan dan kenyataan sebagai suatu kriteria kebenaran. Bagi konstruktivis radikal, pengetahuan tidak merefleksikan suatu kenyataan ontologis objektif, tetapi merupakan suatu pengaturan dan organisasi dari suatu dunia yang dibentuk oleh pengalaman seseorang (Von Glasersfeld, 1984, dalam Suparno, 1997). Menurut Von Glasersfeld (dalam, Suparno, 1997) bahwa Piaget merupakan termasuk konstruktivis radikal. Menurut Suparno (1997:26) bahwa konstruktivisme radikal berpegang bahwa kita hanya dapat mengetahui apa yang dibentuk/dikonstruksi oleh pikiran kita. Menurut Von Glasersfeld (dalam Suparno, 1997:26) bahwa bentukan itu harus jalan tidak harus selalu merupakan refresentasi dunia nyata. Adalah suatu ilusi bila percaya bahwa apa yang kita ketahui itu merupakan gambaran akan dunia nyata (Von Glasersfeld, 1989, dalam Suparno, 1997, 26).
- Realisme Hipotesis, Menurut realisme hipotesis, pengetahuan (ilmiah) kita dipandang sebagai suatu hipotesis dari suatu struktur kenyataan dan berkembang menuju suatu pengetahuan yang sejati, yang dekat dengan realitas (Manuver, 1981, dalam Suparno, 1997:26). Menurut Manuver (dalam Suparno, 1997:26) pengetahuan kita mempunyai relasi dengan kenyataan tetapi tidak sempurna.
- Konstruktivisme yang Biasa, Menurut Suparno (1997:26) Aliran ini tidak mengambil semua konsekuensi konstruktivisme. Menurut aliran ini, pengetahuan kita merupakan gambaran dari realis itu. Pengetahuan kita dipadang sebagai suatu gambaran yang dibentuk dari kenyataan suatu objek dalam dirinya sendiri.
Pandangan Konstruktivis
Dalam Pengetahuan Matematika
Menurut Tresna( 2006, dalam Anggriamurti, 2009) bahwa pandangan konstruktivis, pengetahuan matematika dibentuk melalui tiga prinsip dasar berikut ini:
- Pengetahuan tidak diterima secara pasif. Pengetahuan dibentuk atau ditemukan secara aktif oleh anak. Seperti disarankan Piaget bahwa pengetahuan matematika sebaiknya dikonstruksi oleh anak sendiri, bukan diberikan dalam bentuk jadi.
- Anak mengkonstruksi pengetahuan matematika baru melalui refleksi terhadap aksi-aksi yang dilakukan baik yang bersifat fisik maupun mental. Mereka melakukan observasi untuk menemukan keterkaitan dan pola, serta membentuk generalisasi dan abstrak menurut Dienes (dalam dalam Anggriamurti, 2009).
- Bruner(dalam Anggriamurti, 2009) berpandangan bahwa belajar merefleksikan suatu proses sosial yang di dalamnya anak terlibat dalam dialog dan diskusi baik dengan diri mereka sendiri maupun orang lain termasuk guru sehingga mereka berkembang secara intelektual. Prinsip ini pada dasarnya menyarankan bahwa anak sebaiknya tidak hanya terlibat dalam manipulasi material, pencarian pola, penemuan algoritma dan solusi yang berbeda, akan tetapi juga dalam mengkomunikasikan hasil observasi matematika, membicarakan adanya keterkaitan dan menjelaskan prosedur yang mereka gunakan serta memberikan argumentasi atas hasil yang mereka peroleh.
Sumber :
http://bambangriyantomath.files.wordpress.com
No comments:
Post a Comment
Terima kasih untuk comment dengan bahasa yang baik dan sopan