Beberapa waktu yang lalu dunia pendidikan khususnya Guru dihebohkan dengan program sertifikasi guru yang digulirkan pemerintah dengan maksud mengukur dan menakar kompetensi guru di Indonesia, maka berlombalah para profesi pendidik ini menempuh berbagai tahapan dan proses dalam rangka meraih sertifikat guru yang didalamnya menyangkut kompensasi berupa tunjangan sertifikasi yang diterimanya. Kemudian setelah itu disusul dengan kesibukan berbagai pelatihan, Bintex dll termasuk Uji Kompentensi Guru dan program lain setelahnya seperti Uji Kompentensi Paska UKG.
Semua kegiatan ini patut diacungi jempol dalam upaya meningkatkan profesionalisme dan kompetensi guru yang bertanggung jawab atas lahirnya kader-kader muda harapan bangsa dikemudian hari. Namun kiranya diperbolehkan apabila kita sedikit mengkritisi berbagai kebijakan yang dilakukan terhadap para guru ini.
Perlu kita catat bahwa kiprah kita didunia pendidikan adalah membentuk, membina dan mengembangkan sumberdaya manusia bukanlah sebuah mesin, robot atau benda-benda mati lainnya, yang kita hadapi adalah manusia yang punya karakter, perasaan, bakat, keinginan, latar belakang keluarga dan lingkungan. Mungkin sering kita menemui anak didik kita yang sedih , tidak jarang pula kita menemukan seorang siswa yang marah, gembira dll yang menggambarkan mereka adalah manusia.
Bergulir wacana tentang media pembelajaran berbasis online dimana siswa bisa mengirimkan tugasnya dengan cara meng up-load file tugasnya ke aplikasi seperti Google Clasroom misanya, atau bisa mengerjakan tugas pelajarannya secara online dsb. Sungguh sangat effisien dan praktis metode seperti ini dan patut kita dukung sebagai sebuah kemajuan dalam dunia pendidikan ditengah pesatnya perkembangan teknologi, tapi perlu pula dipikirkan metode lainnya sebagai penyeimbang karena kematangan siswa dalam pelajaran harus pula diimbangi dengan kematangan siswa secara psikologis yang artinya dibuka seluas-luasnya komunikasi,tatap muka, dan interaksi secara langsung lainnya sebagai media untuk menampung keluh kesah atau curhatan anak didik kita.
Berbagai program yang digulirkan diharapkan terfokus pada output yaitu siswa yang paripurna secara akademis maupun psikologis, tidak hanya terfokus level proses. Misalnya apapila guru rampung mengikuti sebuah program perlu di evaluasi hasilnya apakah baik/bagus bagi anak didik atau program itu hanya bersifat formalitas ceremonial saja.
Ketika ada program pemerintah dengan mengirimkan guru-guru ke Australia untuk study atau penelitian, tentunya adalah sebuah berkah bagi guru-guru tersebut bisa menginjakkan kaki di luar negeri dengan biaya negara, bertambahnya pengalaman dan wawasan. Yang jadi bahan renungan bagi kita adalah manfaat apa yang bisa diambil anak didik dari guru-guru setelah tiba kembali ke tanah air dari Australia ? sebuah metode pembelajaran modern kah ? pengalaman visual atau tekhnikal yang dapat diterapkan di kelas ? foto-foto selfie ? atau gantungan kunci sekedar cindera mata dari sana ?
Demikian untuk kali ini, akan saya sambung diwaktu yang akan datang, mohon maaf atas segala kekurangannya.