lazada indonesia

Sekilas Mengenai Program Parenting

Anak adalah anugerah yang sangat berharga. Banyak orang tua yang rela melakukan berbagai hal termasuk merogoh kantung yang cukup dalam demi mendapatkan sang buah hati. Namun sayangnya ketika anugerah ini datang tak sedikit orang tua yang merasa kebingungan bagaimana cara mendidik anaknya. Sehingga yang terjadi adalah salah pengasuhan yang akan berakibat fatal bagi sang anak.

Akhir-akhir ini wacana bagaimana mendidik anak dengan baik sudah mulai digulirkan. Bagai bola salju yang terus menggelinding dan membesar, banyak orang tua yang tergugah dan berusaha mencari informasi sebanyak mungkin. Program yang lebih dikenal dengan nama parenting ini mencoba memberikan informasi tentang mendidik anak agar bisa berhasil kelak dalam kehidupannya.

Banyak orangtua yang merasa tidak puas dengan didikan orangtuanya dulu sehingga ingin memberikan yang lebih baik bagi anak-anaknya. Namun, ada pula yang menyanggah dan mengatakan bahwa program parenting ini tidak perlu. Dia beralasan bahwa orangtuanya dulu tidak pernah ikut program seperti ini, tapi anak-anaknya berhasil dan sukses. Atau paling tidak tetap jadi ‘orang’.

Lalu apa yang membedakan? Kenapa ada anak yang bisa sukses sementara yang lain tidak? Apakah orang tua yang mempunyai anak-anak sukses dan berhasil dulu pernah ikut program semacam ini? Misalnya saja apakah orang tua Presiden pertama kita, Soekarno, pernah mendapat pendidikan parenting sehingga bisa ‘menghasilkan’ anak yang mempunyai talenta luar biasa?

Seorang praktisi pendidikan pernah berkata paling tidak ada dua alasan kenapa orang tua yang tidak pernah ikut program parenting tapi anaknya tetap bisa sukses, yaitu naluri tepat sebagai orang tua dan lingkungan yang membentuk kepribadian anak.


NALURI TEPAT DARI ORANG TUA

Setiap orang tua memiliki naluri mendidik anak masing-masing, yang pada umumnya sebagian besar caranya diwarisi secara turun temurun dari orangtuanya. Selanjutnya naluri ini berkombinasi dengan tipologi kepribadiannya sendiri dan lingkungan sekitar yang membentuknya.

Orang tua yang mewarisi tradisi mendidik yang baik dari orangtuanya ditambah dengan pola kepribadian yang seimbang serta lingkungan yang baik pula, maka akan melahirkan pola mendidik yang baik pada anaknya.

Namun faktanya tidak semua orang tua memiliki kepribadian yang seimbang dan tidak semua orang mewarisi cara mendidik yang baik dari orangtuanya. Itu artinya tidak semua orang memiliki naluri mendidik yang tepat jika hanya mengandalkan pengalaman masa lalunya.

Seorang peneliti perilaku pernah melakukan penelitian terhadap beberapa pimpinan yang otoriter dan tiran, seperti Hitler dan Pol Pot. Dia menemukan bhawa perilaku para pemimpin tiran itu ternyata adalah warisan turun temurun dari pola didik keluarganya, artinya bahwa cara mendidik yang salah akan terus diwariskan kecuali ada satu generasi yang mau mengubahnya.

Karena itulah program parenting mulai diselenggarakan agar kesalahan pola didik tidak terjadi pada generasi selanjutnya.

Orang tua yang bersikap keras dan suka memukul kemungkinan besar karena dia dibesarkan dengan cara yang seperti itu pula. Karena orang tua mempunyai peran besar dalam mendidik anak, bagaimana anak itu tumbuh tidak lain merupakan cerminan kepribadian orangtuanya.


KONDISI LINGKUNGAN YANG BERBEDA

Kita tentu sepakat lingkungan tempat anak kita dibesarkan sekarang sungguh jauh berbeda dengan lingkungan saat kita kecil dulu. Apalagi bila dibandingkan dengan keadaan orangtua kita saat masih era penjajahan. Jadi pola pendidikan harus ikut berubah dan dinamis sesuai tuntutan zaman.

Kesalahan terbesar cara mendidik orang tua adalah selalu menjadikan masa lalu sebagai patokan. Seringkali kita membandingkan anak-anak dengan keadaan kita saat seusia mereka. Kita berharap di usia yang sama, anak bisa melakukan apa yang dulu dilakukan orangtuanya.

Misalnya “Dulu waktu ayah seumur kamu, Ayah bisa naik sepeda roda dua. Kamu masih saja pakai roda bantuan ”, “Dengar ya, Mama dulu umur 7 tahun sudah biasa cuci baju sendiri, nggak kayak kamu suruh beresin mainan aja susah.”

Orang tua mengambil peran 70% dalam membentuk pola perilaku anak, namun jika orang tua tidak melakukan perannya dengan baik maka lingkunganlah yang akan mengambil peran 70% tersebut. Padahal lingkungan sekarang, saat anak kita dibesakan, sangat jauh berbeda dengan lingkungan kita dulu.

Dahulu saat arus informasi belum sederas ini kita masih bisa terhindar dari tayangan kekerasan, muatan pornografi, narkoba, atau game yang membuat kecanduan dan lupa waktu. Tapi sekarang rasanya mustahil bisa menghindarkan anak 100% dari hal-hal yang mengancam ini. Apakah kita akan mengisolasi mereka di rumah? Tidak membolehkan anak menggunakan teknologi dan perlatan elektronik? Atau mencabut keberadaan TV di rumah?

Disadari atau tidak televisi merupakan sarana masuknya berbagai informasi ke dalam rumah, yang positif dan negatif. Televisi bisa bebas memberikan apapun yang dikandungnya langsung dihadapan anak-anak. Televisi tak bisa membedakan apakah penontonnya anak-anak, remaja, atau orang tua. Tidak ada filter yang menyaring sehingga tayangan orang dewasa bisa dilihat anak-anak. Orangtualah yang membuat saringan itu.

Lalu bagaimana jika karena kesibukan orang tua lupa membatasi informasi yang diterima anak? Apa dampak pola kehidupan modern yang juga menyeret kaum ibu untuk bekerja sehingga melalaikan pengasuhan anak?

Program parenting diadakan tidak hanya bertujuan membentuk pola didik yang baik tapi juga meredam dampak negatif dari arus informasi. Sementara lingkungan adalah pembentuk perilaku pertama jika orang tua dan guru tidak lagi efektif berperan.

Karena itu kurang bijaksana rasanya jika hanya mengandalkan pengalaman masa lalu dalam mendidik anak-anak jaman sekarang. Kita hidup di era globalisasi dan mengikuti pola hidup modern, tapi dalam mendidik anak masih menggunakan pola didik jaman dahulu. Mirip orang berjalan apakah jadinya jika saat berjalan selalu menoleh ke belakang tanpa melihat ke depan? Anda pasti tahu hasilnya.

Dan sayangnya sekarang bukan lagi saatnya berjalan tapi kita harus berlari, berlari mengejar ketertinggalan agar tak menjadi bangsa yang terus terpuruk. Sudah saatnya anak mendapatkan pendidikan yang lebih baik agar mereka bisa berhasil di dunia dan akhirat.



sumber :
gambar :
parentingcounts.org

No comments:

Post a Comment

Terima kasih untuk comment dengan bahasa yang baik dan sopan