lazada indonesia

Makalah Tentang Ibadah Puasa

Seperti apa yang telah kita pahami, ibadah puasa khususnya dibulan Ramadhan adalah wajib hukumnya bagi orang-orang yang beriman seperti perintah Allah SWT yang berbunyi :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183)

Apabila kita lihat hikmah-hikmah dari pelaksanaan ibadah puasa yang meliputi hikmah bersifat jasmaniah maupun aspek yang bersifat ruhaniah, aspek emosional dan aspek spiritual. Salah satu hikmah lain yang akan penulis coba sampaikan adalah hikmah yang berkaitan erat dengan dunia pendidikan.
Tujuan akhir dari pelaksanaan ibadah puasa adalah untuk membentuk manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT, manusia yang bertakwa akan selalu memelihara dirinya dari berbagai hal yang akan mengotori raga dan keimanannya, selalu berusaha menjauhi apa yang dilarang oleh Tuhannya dan selalu melaksanakan apa-apa yang diperintahkanNya.
Aspek pendidikan yang merupakan hikmah ibadah puasa  antara lain :
  1. Puasa mendidik manusia untuk bersifat zuhud, Zuhud (Asketisisme) secara literal berarti penarikan diri dari kesenangan dunia dan menolak keinginan nafsu rendah. Zuhud oleh para Sufi diartikan sebagai ketidakpudulian kepada daya tarik dunia dan hidup dengan cermat dan dengan memilih untuk menghindarkan diri dari semua dosa, memandang rendah dunia dalam aspek material dan nafsunya Fathullah Gulen, Kunci-kunci Rahasia Sufi - 2002.  Ibadah puasa yang kita laksanakan akan mendidik kita untu bersifat zuhud yaitu dengan pengendalian hawa nafsu dengan meninggalkan hal-hal yang dilarang dalam berpuasa misalnya makan, minum, berhubungan suami istri, berkata kotor dsb. Hanya satu hal yang menjadi tujuan kita adalah mengharap ridlo dari Allah swt semata.
  2. Ibadah puasa mendidik untuk bersifat sabarSyariat Islam yang telah mewajibkan puasa denga menahan didi dari makan, minum dan berhubungan suami istri sejak fajar hingga magrib merupakan perintah yang memiliki dampak yang bagi bagi pembinaan dalam pengendalian diri . Lewat puasa manusia dilatih bersifat sabar dan disiplin, guna mempertinggi sifat kemanusiaannya sekaligus merefleksikannya melalui amaliah-amaliah yang utama. Orang yang menunaikan puasa berarti ia telah melaksanakan pengawasan pribadi dengan menjauhi makan, minum, kesenangan badaniah, nafsu syahwat dan hal-hal yang terlarang lainnya dengan penuh kesabaran dan kedisiplinan. Itulah sebabnya puasa yang dibarengi dengan ketulusan hati untuk mencari keridhoan Allah SWT akan mampu menjadikan pelakunya berjiwa sabar dan selalu teguh pendirian.
  3. Puasa sebagai pendidikan pengendalian hawa nafsu, Puasa merupakan sarana melatih diri untuk mengendalikan hawa nafsu yang paling efektif . Sebab dalam puasa ditentukan syarat dan ketentuan apa yang boleh dan apa yang dilarang berikut waktu yang telah ditentukan pula. Dengan demikian, puasa itu berfungsi sebagai pengendali dan pengontrol hawa nafsu agar tidak semena mena melampiaskan apa-apa yang diinginkan manusia. Nafsu-nafsu itu dikendalikannya untuk patuh kepada perintah Allah dengan menahan diri sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.
  4. Puasa sebagai pendidikan dalam  mengendalikan emosi (amarah),  “Adapun hakikat marah ialah seberkas api dari api neraka Allah yang menyala-nyala yang membakar hati manusia. Hal ini nampak pada mata seseorang yang sedang marah yang menjadi merah”  (Al-Ghazali-Pustaka Amani, 1989). Dari Abu Hurairah ra. Bahwaannya Rasulullah SAWbersabda: "Puasa itu benteng, apabila seseorang diantara kamu berpuasa hendaklah ia jangan berlaku rafats dan jangan pula ia berlaku jahil. Apabila ada seseorang yang hendak membunuhnya atau mengangkat senjata kepadanya hendaklah ia berkata : Sesungguhnya aku ini sedang berpuasa (katakan dua kali). Demi Allah yang diriku berada dalam genggaman-Nya, bau busuk orang mulut orang yang berpuasa itu lebih disukai Allah daripada bau kasturi, sebab ia telah meninggalkan makan, minum, dan syahwatnya karena aku; puasa yang seperti itu adalah untuk-Ku, dan akulah yang akan membalasnya, satu kegiatan akan dibalas dengan sepuluh kali lipat”. (HR. Bukhari)
  5. Puasa Mendidik Untuk Bisa Mengendalikan Syahwat,  Dengan adanya syahwat mendorong manusia untuk mengurus dan memperbaiki cara berpakain yang rapi. Seandainya tidak ada syahwat, maka baik pria maupun wanita akan malas mengurus dirinya dan malas berpakaian yang rapi. Tetapi bila didorong syahwat itu dibiarkan berkembang sendiri dan dituruti semua kehendaknya, maka manusia akan lebih takut daripada binatang dalam usaha memenuhi kebutuhan syahwatnya. Akan tetapi syahwat itu tidak boleh dibasmi atau dihilangkan, tetapi harus dikendalikan. Salah satu cara untuk mengendalikan nafsu syahwat adalah dengan cara berpuasa seperti yang disampaikan dalam sebuah hadist yang berbunyi :  "“Dari alqamah, ia berkata: pada suatu ketika aku berjalan-jalan bersama Abdullah ra. Lalu ia berkata: Aku pernah bersama Nabi saw lalu beliau bersabda: “Barangsiapa diantara kamu yang mampu untuk kawin, maka hendaklah ia kawin,karena kawin itu lebih mampu menundukkan pandangan mata dan lebih mampu memelihara faraj. Dan barangsiapa yang tidak ada kemampuan (untuk kawin) hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu mengurangi nafsu syahwat “. (HR. Bukhari)
  6. Ibadah puasa mendidik manusia untuk berjiwa sosial tinggi, tanpa disadari puasa memiliki aspek sosial, kebersamaan dan keadilan dimana waktu pelaksanaan yang sama, haus, lapar akan dirasakan oleh semua yang melaksanakan ibadah puasa tak pandang miskin, kaya, pangkat ataupun papa. Jika demikian, maka puasa merupakan salah satu prosesi menuju terbentuknya masyarakat yang menjungjung tinggi nilai persamaan, keadilan dan pemerataan juga  seseorang yang berpuasa akan mengetahui dan menyadari betapa lemah dirinya saat lapar dan dahaga  sehingga dari pengalaman ini, akan terbukalah mata hatinya terhadap nasib si miskin, yang senantiasa hidup dalam kekurangan.
  7. Puasa mendidik untuk senantiasa berlaku jujur,  Dalam ibadah puasa, kejujuran yang dituntut adalah kejujuran terhadap diri sendiri disamping jujur kepada orang lain. Orang yang tahu persis apakah seseorang itu berpuasa atau tidak adalah dirinya sendiri. Orang lain dapat dibohonginya, sebab menelan air sedikit waktu berkumur-kumur sudah menyebabkan puasa batal, walaupun ia meneruskan puasanya, tidak makan, tidak minum, dan tidak berbuat yang meninggalkan puasa.
  8. Puasa mendidik untuk selalu hidup sederhana, Kewajiban puasa Ramadhan selama satu bulan penuh, disertai dengan banyaknya anjuran berinfak, berseekah dan amal-amal sosial, yang pahalanya telah dijanjikan berlipat ganda oleh Rasulullah SAW kiranya cukup dapat memberikan pelajaran kepada orang-orang yang berpuasa agar dalam menafkahkan harta bendanya tidak boros dan kikir. Keseimbangan antara kedua masalah sifat tercela itulah yang harus selalu dipelihara dan dijaga, sehingga kalau ia kaya, ia dapat membantu masyarakat dengan kekayaan itu, dan kalau ia miskin, ia dapat menguasai dirinya dengan hidup secara sederhana.


Sumber : 
"Nilai-Nilai Edukatif Pada Ibadah Puasa"
Salah-satu Skripsi program S-1 jurusan
Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta






No comments:

Post a Comment

Terima kasih untuk comment dengan bahasa yang baik dan sopan