lazada indonesia

Psikologi Pendidikan Islam

Pendidikan Islam memiliki hubungan yang sangat erat dengan psikologi. Pendidikan merupakan suatu proses panjang untuk mengaktualisasikan
gambar : fpp.uai.ac.id
seluruh potensi diri manusia sehingga potensi kemanusiaannya menjadi aktual. Dalam proses mengaktualisasi diri tersebut diperlukan pengetahuan tentang keberadaan potensi, situasi dan kondisi lingkungan yang tepat untuk mengaktualisasikannya. Yang dibutuhkan adalah psikologi Islami, karena dalam psikologi ini yang dibahas antara lain bahwa manusia memiliki potensi luhur, yaitu fitrah dan ruh yang tidak terjamah dalam psikologi umum (Barat). 

Sudah selayaknya dalam pendidikan Islam memiliki landasan psikologis yang berwawasan kepada Islam, al-Quran dan hadits sebagai sumbernya, sehingga akhir dari tujuan pendidikan Islam dapat terwujud dan menciptakan insan kamil bahagia di dunia dan akhirat. Dan potensi istimewa yang ada pada diri manusia, yaitu agar manusia dapat mengemban dua tugas utama sebagai khalifatullah di muka bumi dan juga abdi Allah untuk beribadah kepada-Nya. Hal tersebut tentunya telah sesuai dengan sunah yang dibawa oleh Rasulullah saw. Sebagaimana sabda beliau “Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara. Kalian tidak akan sesat selama berpegangan dengannya, yaitu Kitabullah (Al Qur'an) dan sunnah Rasulullah Saw”. (HR. Muslim). 

Psikologi Islam merupakan sebuah aliran baru dalam dunia psikologi yang mendasarkan seluruh bangunan teori-teori dan konsep-konsepnya kepada Islam. Islam sebagai subjek dan objek kajian dalam ilmu pengetahuan, harus dibedakan kepada tiga bentuk: 
  1. Islam sebagai ajaran, 
  2. Islam sebagai pemahaman dan pemikiran serta Islam sebagai praktek atau pengamalan. 
  3. Islam sebagai ajaran bersifat universal dan berlaku pada semua tempat dan waktu, bersifat absolut dan memiliki kebenaran normatif, yaitu benar berdasarkan pemeluk agama tersebut, sehingga bebas ruang dan waktu. Islam sebagai pemahaman dan praktek, selalu berhubungan dengan ruang dan waktu, sehingga bersifat partikular, lokal dan temporal. Semuanya merupakan fondasi awal untuk melakukan gagasan aktulisasi psikologi Islami. 
Perubahan perilaku manusia pada dasarnya dipengaruhi oleh pendidikan yang ia terima sepanjang hayatnya, pendidikan ini bukan saja sebatas yang formal seperti sekolah atau kursus-kursus namun dalam arti luas artinya segala sesuatu yang diterima manusia melalui panca indera itu menjadi bagain dari pendidikan. Melihat, mendengar, merasa, dan meraba merupakan komponen penting dalam pendidikan, dan itu sangat-sangat mudah ia dapatkan dari lingkungan, baik lingkungan pendidikan formal atau non formal. 

Pada hakikatnya, proses pendidikan merupakan proses aktualisasi potensi diri manusia. Sistem proses menumbuhkembangkan potensi diri itu telah ditawarkan secara sempurna dalam sistem ajaran Islam, ini yang pada akhirnya menyebabkan manusia dapat menjalankan tugas yang telah dibebankan Allah. 

Pengaktualan potensi diri manusia tersebut dapat diarahkan melalui konsep pembinaan “kecerdasan emosional dan spiritual”. Ary Ginanjar Agustian telah menulis buku tentang ini dengan judul “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ Emosional Spiritual Questiont Berdasarkan Enam Rukun Iman dan Lima Rukun Islam”. Dalam buku tersebut menjelaskan bahwa rukun iman dan rukun Islam adalah sistem pembinaan kecerdasan emosional dan spiritual. 

Adapun rukun iman dan rukun Islam, disamping sebagai petunjuk ritual bagi umat Islam, ternyata pokok pikiran dalam rukun iman dan rukun Islam tersebut juga dapat memberikan bimbingan untuk mengenal dan memahami perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri, mengelola emosi dalam berhubungan dengan orang lain. Hal inilah yang mendasari pemikiran bahwa rukun iman dan rukun Islam adalah suatu metode membangun emotional quetiont (EQ) yang didasari oleh hubungan manusia dengan Tuhannya, sedang spiritual quetiont (SQ dapat pula disebut dengan nama dengan emotional dan spiritual quetiont (ESQ). 

Rukun Islam merupakan metode pengasahan dan pelatihan ESQ. Syahadat berfungsi sebagai “mission statement” atau penyampaian misi, puasa sebagai “self controlling” atau kontrol diri, serta zakat dan haji sebagai peningkatan “social intelligence” atau kecerdasan sosial. Islam menuntut penganutnya agar senantiasa melaksanakan rukun Islam secara konsisten dan kontinu. Ini merupakan bentuk training sepanjang hidup manusia. Disinilah pembentukan dan pembinaan kecerdasan emosional dan spiritual yang sempurna. 



Sumber: 

No comments:

Post a Comment

Terima kasih untuk comment dengan bahasa yang baik dan sopan