Kita tidak bisa menutup mata dengan realita kemampuan matematika rata-rata siswa yang masih rendah baik di tingkat SD, SMP maupun SMA, Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) melaporkan bahwa rata-rata skor matematika siswa tingkat 8 (tingkat II SLTP) Indonesia jauh di bawah rata-rata skor matematika siswa internasional dan berada pada ranking 34 dari 38 negara (TIMSS,1999). Hal ini disebabkan karena :
- Karakteristik matematika itu sendiri yang bersifat abstrak,
- Faktor siswa yaitu mengalami masalah secara komprehensif atau secara parsial dalam matematika
- Belajar matematika siswa belum bermakna, sehingga pengertian siswa tentang konsep sangat lemah, kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika ke dalam situasi kehidupan real. Hal lain yang menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa adalah karena pembelajaran matematika kurang bermakna.
- Guru dalam pembelajarannya di kelas tidak mengaitkan dengan skema yang telah dimiliki oleh siswa dan siswa kurang diberikan kesempatan untuk menemukan kembali dan mengkonstruksi sendiri ide-ide matematika.
![]() |
gambar : learnmath1.wordpress.com |
Matematika yang dipelajari siswa dikelas apabila tidak disatukan dengan realita kehidupan sehari-hari, maka siswa akan cepat lupa akan materi yang telah diajarkan, demikian kata de Henvel-Panhuizen (2000), apabila kita coba untuk menterjemahkan teori diatas, maka perlu suatu metode pembelajaan matematika yang terintegrasi antara konsep matematika dengan kehidupan siswa sehari-hari. Salah satu metode pembelajaran matematika yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari (mathematize of everyday experience) dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari adalah pembelajaran Matematika Realistik (MR).
Pada Pendidikan matematika realistik atau Realistic Mathematics Education (RME), konsep matematika harus dikaitkan dengan kenyataan, dekat dengan pengalaman anak dan relevan terhadap masyarakat, dengan tujuan menjadi bagian dari nilai kemanusiaan. Selain memandang matematika sebagai subyek yang ditransfer, Freudenthal menekankan ide matematika sebagai suatu kegiatan kemanusiaan. Pelajaran matematika harus memberikan kesempatan kepada pebelajar untuk “dibimbing” dan “menemukan kembali” matematika dengan melakukannya. Artinya dalam pendidikan matematika dengan sasaran utama matematika sebagai kegiatan dan bukan sistem tertutup. Jadi fokus pembelajaran matematika harus pada kegiatan bermatematika atau “matematisasi” (Freudental,1968).
Ide Pendidikan matematika realistik dirumuskan menjadi 2 tipe matematisasi dalam konteks pendidikan, yaitu matematisasi horisontal dan vertikal, dimana
- Matematisasi horisontal adalah , tipe matematisasi dimana siswa diberi peralatan matematika yang dapat menolongnya menyusun dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, dan
- Matematisasi vertikal merupakan proses reorganisasi dalam sistem matematis, misalnya menemukan hubungan langsung dari keterkaitan antar konsep-konsep dan strategi-strategi dan kemudian menerapkan temuan tersebut.
Karakteristik Pembelajaran Matematika Realistis
Mencerminkan pandangan matematika tertentu mengenai bagaimana anak belajar matematika dan bagiamana matematika harus diajarkan. Pandangan ini tercermin dalam enam karakteristik yaitu :
1. Kegiatan , Peserta didik harus diperlakukan sebagai partisipan aktif dalam proses pengembangan seluruh perangkat perkakas dan wawasan matematis sendiri.
2. Nyata (kontekstual) Matematika realistis harus memungkinkan peserta didik dapat menerapkan pemahaman matematika dan perkakas /alat matematikannya untuk memecahkan masalah.
3. Bertahap Belajar matematika artinya peserta didik harus melalui berbagai tahapan pemahaman, yaitu dari kemampuan menemukan pemecahan informal yang berhubungan dengan konteks, menuju penciptaan berbagai tahap hubungan langsung dan pembuatan bagan.
4. Saling menjalin (keterkaitan) Hal ini ditemukan pada setiap jalur matematika, misalnya antar topik – topik seperti kesadaran akan bilangan, mental aritmetika, perkiraan (estimasi) dan algoritma.
5. Interaksi Dalam matematika realistik belajar matematika dipandang sebagai kegiatan sosial. Pendidikan harus dapat memberikan kesempatan bagi para peserta didik untuk saling berbagi dan strategi dan penemuan mereka.
6. Bimbingan Pengajar maupun program pendidikan mempunyai peranan terpenting dalam mengarahkan peserta didik untuk memperoleh pengetahuan.
- Memahami masalah kontekstual,
- Menjelaskan masalah kontekstual
- Menyelesaikan masalah kontekstual
- Membandingkan dan mendiskusikan jawaban
- Menyimpulkan
sumber :
http://easymatematika.files.wordpress.com
No comments:
Post a Comment
Terima kasih untuk comment dengan bahasa yang baik dan sopan